Friday, April 17, 2020

Trying To Conceive - Part 1

Saya menikah 16 Agustus 2014 dan tentu saja harapan pengantin baru seperti saya langsung punya anak. Ternyata setelah  ditunggu-tunggu namun saya tidak kunjung hamil. Saya sudah mencoba berhubungan seksual di sekitar masa subur, rutin minum prenagen esensis, minum obat Cina yaitu Bai Fung Yen, dan minum jus 3 diva (tomat, wortel, dan apel malang) tapi tetap saja tidak hamil.  Akhirnya di tahun 2016 kami memutuskan ke dokter. Oh ya, definisi infertilitas menurut Wikipedia itu belum hamil setelah 12 bulan aktif secara seksual dan berumur di bawah 34 tahun. Saya sudah hampir 2 tahun belum saja hamil makanya kami memberanikan diri untuk cek ke dokter. Kenapa saya tulis memberanikan diri? Tidak mudah rasanya untuk kami pergi ke dokter. Ada perasaan was was hasil diagnosa dokter. Ada juga pertimbangan segi biaya karena setau saya konsul kehamilan seperti ini biasa diikuti beberapa pemeriksaan lain, obat, dll yang harganya tentu tidak murah. Selain itu, saya juga takut gemuk karena saya dengar kalau makan obat penyubur maka jadi cepat gemuk. Hehe..

Suami dan saya memilih ke dr. Ong Tjandra di Klinik Sehati, Gading Serpong. Rekomendasi teman dan dari hasil saya browsing google, beliau adalah salah satu obygn terbaik. Benar saja, setelah reservasi maka baru dapat jadwal sebulan kemudian karena saking banyak pasien beliau. Di tanggal 11 Juli 2016 kami ke Klinik Sehati dan ternyata pasiennya dr. Ong banyak sekali. Setelah menyelesaikan registrasi maka saya ditimbang dan diukur tekanan darahnya. Waktu itu saya 49 kg dan tekanan darah saya 103/59. Suami hanya diukur berat badan saja yaitu 50 kg. Kami menunggu sekitar 3 jam sebelum akhirnya masuk ke ruang pemeriksaan.

Klinik Sehati menurut saya cukup bersih. Toiletnya juga cukup bersih. Cuma concern saya itu pasien harus lepas alas kaki sehingga kalau ke toilet harus telanjang kaki. Saya agak risih gimana gitu. Cuma ya toiletnya cukup bersih. Kesan pertama saat ketemu dr. Ong Tjandra rasanya agak kurang komunikatif, namun Beliau tampak pintar dan bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan saya. Ya saya pikir mungkin dokter ini kebanyakan pasien jadi lelah juga. Saya dengar dia praktek bisa sampai pagi. Mungkin akan lebih baik kalau kita menyiapkan list pertanyaan saat ketemu Beliau dan kita juga harus agak cerewet. Sudah antri lama dan biayanya pun tidak murah harusnya dimanfaatkan sebaik mungkin.  Ini pengalaman konsultasi pertama saya tentang kehamilan sehingga saya tidak kepikiran juga. Waktu 2016 untuk konsultasi itu kami membayar Rp. 500.000.

Kami ditanya kapan menikah, haid terakhir kapan, siklus haid teratur atau tidak, dan suami istri merokok atau tidak. Kemudian seharusnya saya dicek USG Transvaginal oleh dokternya, namun waktu itu saya tidak berada di dekat masa subur saya sehingga percuma kalau dilakukan USG transvaginal karena sel telurnya kurang begitu jelas. Kemudian kami dijadwalkan lagi konsultasi lagi di hari dekat masa subur saya yaitu di sekitar H+12 - H+15 setelah haid pertama. Sebelum pulang dari klinik, saya langsung reservasi di tanggal yang diminta. Selama ini haid saya teratur jadi dokter bisa langsung prediksi kapan harus konsultasi.

Saat konsultasi kedua maka dokter melakukan pemeriksaan USG Transvaginal. Sebelumnya saya perlu ganti celana. Ada ruangan untuk ganti celana dan setelah selesai ganti dengan rok putih dari klinik itu saya diperiksa. Susternya baik sekali sehingga ketakutan saya saat dimasukkan alat ke vagina saya pun berkurang. Setelah rileks maka alatnya bisa dimasukkan dan kita bisa lihat di TV. Hasilnya sel telur saya cenderung kecil sehingga kata dokter saya ada PCOS ringan. Walaupun begitu dr.Ong tidak memberikan saya obat. Dokter juga kemudian menyarankan kapan kami harus berhubungan seksual dalam minggu itu. Dokter juga memberikan surat rekomendasi ke suami untuk cek sperma. Untuk cek sperma ini perlu ada surat rekomendasi, jadi tidak bisa asal datang saja ke laboratorium. Sebelum pulang kami buat reservasi kembali karena jadwal dokter juga sudah padat.

Suami saya kemudian cek sperma ke Prodia. Syarat untuk cek sperma ini yaitu 3-5 hari sebelum pengecekan tidak boleh berhubungan seksual. Hasil dari pengecekan di Prodia tertulis kesimpulannya normozoospermia. Setelah saya cek google artinya itu sperma normal. Walaupun begitu saat konsultasi dengan dokter, beliau menyarankan supaya kesempatan hamil optimal maka suami perlu melakukan perbaikan di jumlah sperma, gerakan sperma, dan bentuk sperma. Dokter memberi saran untuk memperbaiki gaya hidup seperti manage stress, kurangi kelelahan, makan sehat, dan rutin berhubungan seksual seminggu 2x terutama di masa-masa subur. Masa subur ditandai dengan ada semacam lendir bening di daerah vagina. Untuk tanggalnya kalau haid normal maka di sekitar H+12 sampai H+15 sejak hari pertama mens. Apabila setelah 3 bulan masih belum hamil maka kami perlu konsultasi dokter lagi dan akan diberi obat. Sepengamatan saya dr.Ong seperti tidak memandang kasus kami berat sehingga kami santai. Menurut beliau kami baru menikah 2 tahun jadi tidak perlu terlalu pusing. Mungkin di kota besar banyak sekali kasus infertilitas jadi untuk kasus 2 tahun menikah sepertinya dianggap tidak perlu diambil pusing dulu.

Setelah 3 bulan berlalu ternyata saya masih belum hamil, namun kami memutuskan tidak konsultasi dulu karena situasi pekerjaan kami dulu itu sedang banyak pressure jadi sepertinya akan percuma kalaupun makan obat. Mungkin setelah makan obat dan tidak kunjung hamil, saya malah jadi gemuk. Selain itu hasil pemeriksaan pun rasanya cenderung normal-normal saja. Oleh karena itu,  kami memutuskan dana yang akan digunakan untuk konsultasi, pemeriksaan, dan obat digunakan untuk liburan saja. Siapa tau dengan liburan maka kami tidak stress atau lebih santai sehingga kesempatan hamil lebih besar. Kami juga berpikir mumpung masih belum punya anak jadi ingin dipuaskan main berdua saja dulu. Setidaknya kami tahu apa yang menjadi masalah selama ini.

Tips konsultasi pertama trying to conceive :
1. Pastikan sudah browsing tentang cara-cara meningkatkan fertilitas. Banyak banget di internet. Coba saja dulu selama beberapa bulan siapa tau hamil sehingga tidak perlu konsultasi dokter. Cuma saran saya sih jangan makan obat kalau tidak diresepkan dokter karena takut pengaruhnya jelek. Jangan juga pijat hamil karena takutnya malah rahim jadi bermasalah. Saya sih lebih suka yang masuk akal seperti minum jus 3 diva karena kan buah bagus untuk tubuh.
2. Diskusi dengan suami untuk konsultasi karena yang diperiksa bukan hanya istri, tapi suami juga. Belum tentu masalahnya hanya dari pihak perempuan. Kalau sudah mantap maka browsing dan tanya kenalan sebanyak-banyaknya untuk tau obygn terbaik dan sudah terbukti
3. Periksa di antara H+12 - H+15 dari hari pertama haid. Bentuk sel telur paling bagus kelihatan di antara hari-hari tersebut.
4. Buat reservasi jadwal pemeriksaan dokter. Untuk dokter-dokter top biasanya penuh jadi daripada tidak dapat jadwal maka lebih baik membuat reservasi.
5. Kalau memungkinkan, saat reservasi mintakan surat rujukan untuk cek sperma dulu. Jadi waktu konsultasi pertama dokter bisa langsung cek sel telur dan hasil pemeriksaan sperma. Melalui hal ini jadi hemat biaya konsultasi karena tidak perlu datang beberapa kali. Ada beberapa klinik mau memberikan surat ini asal jelas alasan kita mau konsultasi kehamilan.
6. Browsing tentang infertilitas supaya kita ada pengetahuan dan bisa menyiapkan daftar pertanyaan pada dokter
7. Siapkan biaya untuk pemeriksaan karena biasanya tidak cukup sekali konsultasi dan biaya pemeriksaan lain seperti pemeriksaan sperma, pemeriksaan HSG, pemeriksaan hormon, dll. Kurang lebih di awal-awal siapkan kurang lebih 10 juta.
8. Siapkan mental juga karena hasil pemeriksaan bisa saja ternyata kasusnya berat.
9. Saat konsultasi lebih nyaman pakai rok supaya tidak usah ganti rok. Cukup lepas celana dalam saja.

Itu kisah saya pertama kali ke dokter untuk konsultasi kehamilan. Setelah kami liburan beberapa kali ternyata masih belum hamil juga. Saya akan lanjutkan lagi di next post :)





No comments:

Post a Comment