Tuesday, March 24, 2020

Kenapa Saya Harus Menunggu?

Sering saya menyebutkan bahwa tidak enak bahkan menyebalkan berada dalam ruang penantian. Saya menunggu selama 5 tahun lebih untuk punya anak, sungguh bukan hal yang mudah. Terkadang ada rasa ketidakpastian yang mengganggu. Ada-ada juga hal-hal yang melemahkan, namun ada juga hal-hal yang menguatkan. Selama 5 tahun lebih ini saya banyak berpikir kenapa Tuhan ingin kita menunggu untuk sesuatu hal yang mungkin bagi orang lain mudah untuk didapatkan.

1. Tuhan ingin melatih iman kita supaya kuat
Saya pernah sebutkan yang membuat saya bisa bertahan selama 5 tahun lebih ini adalah iman. Belajar melihat apa yang tidak kelihatan. Hidup dengan keyakinan bahwa saat kita menunggu, Tuhan sedang bekerja di belakang layar. Seringkali kita tidak menyadarinya, bahkan baru sadar saat sudah mendapatkan jawaban Tuhan. Tuhan tidak pernah terburu-buru. Dia tidak pernah terlalu cepat atau terlalu lambat, semuanya selalu dijadikan-Nya indah pada waktu-Nya. 
Ulangan 8:2
Ingatlah kepada seluruh perjalanan yang kaulakukan atas kehendak TUHAN, Allahmu, di padang gurun selama empat puluh tahun ini dengan maksud merendahkan hatimu dan mencobai engkau untuk mengetahui apa yang ada dalam hatimu, yakni, apakah engkau berpegang pada perintah-Nya atau tidak.
Jika semua doa langsung Tuhan jawab dan semua masalah langsung selesai maka iman kita tidak pernah dilatih. Kita menjadi anak-anak yang manja dan tidak perlu iman. Namun kehidupan selalu penuh dengan penantian. Sama seperti orang Israel yang harus menunggu selama 40 tahun sebelum masuk ke tanah perjanjian. Tuhan menguji iman mereka. Tuhan ingin tahu seperti apa iman mereka. Buktikan pada Tuhan seperti apa imanmu. Oleh karena itu jangan menyerah, pandang senantiasa pada Tuhan. Berdoa dan setia pada perintah-Nya. Tuhan akan menghargai kesabaranmu. Ketika Tuhan ingin membuat jamur maka ia akan melakukannya hanya dengan semalam saja. Ketika Tuhan ingin menjadian pohon oak, maka Tuhan akan melakukannya bertahun-tahun. Jiwa yang hebat bertumbuh melalui penderitaan, badai, dan musim penantian. 

Mazmur 130:5 (BIMK)
Aku menantikan bantuan Tuhan, janjiNya kuharapkan

2. Tuhan mempersiapkan diri kira sebaik-baiknya 
Memangnya kondisi finansial saya sudah cukup apabila setelah menikah saya langsung punya anak? Memangnya saya sudah siap jadi ibu kalau saya punya anak? Memangnya ambisi saya yang kuat ini tidak akan saya lampiaskan ke anak saya nanti? Memangnya saya sudah cukup sabar untuk membesarkan anak? 

Pertanyaan-pertanyaan ini kadang saya tanyakan pada diri saya saat menunggu kehamilan. Jawabannya sebagian besar belum siap. Untuk punya anak maka saya harus siap biaya untuk konsultasi dokter, melahirkan, beli stroller, beli car seat, beli bedding set, dll. Orang tua mana yang tidak mau memberi yang terbaik untuk anaknya. Saya juga perlu melatih diri saya untuk sabar menghadapi anak. Selain itu, saya perlu belajar mengendalikan ambisi saya supaya kelak nanti tidak menjadi orang tua yang penuntut. Saya rasa di masa 5 tahun ini Tuhan mempersiapkan kami secara finansial, melatih kesabaran kami, melatih bahwa apa yang terjadi tidak selalu sesuai dengan rencana kami, dan melatih iman kami.

Dalam masa penantian, Tuhan pasti memberikan misi untuk dikerjakan. Tanya pada Tuhan apa yang diinginkan Tuhan untuk kita lakukan? Saya pribadi Tuhan memberi saya misi untuk bekerja di perusahaan. Jujur saya bukan tipikal orang kerja, saya lebih suka punya usaha sendiri. Saya belajar menghadapi tuntutan dari atasan dan kolega saya. Saya belajar untuk membuat rencana dengan detail sebelum mengeksekusi suatu tindakan. Saya belajar bagaimana memimpin tim. Saya belajar bagaimana mencapai target. Banyak sekali yang saya pelajari. Dengan bekerja maka saya yang tidak suka ditekan atasan, kolega, dan aturan menjadi berusaha mengerjakan tugas sebaik mungkin supaya tidak ada alasan orang lain bisa menyalahkan saya. Saya tipikal eksekutor tapi planning saya tidak jelas, dengan bekerja saya harus mempresentasikan setiap rencana saya dengan jelas dulu baru bisa eksekusi sehingga saya belajar membuat planning jelas. Saya belajar banyak tentang kesabaran menghadapi atasan dan anak buah saya yang berbeda kepribadian. Saya belajar target-target yang bisa saya raih bukan sekedar kekuatan dan kepintaran saya, ada Tuhan yang menjadikan semua berhasil sehingga menyandarkan hidup pada Tuhan selalu menjadi pilihan pertama. Selain itu, dengan bekerja maka kami berdua punya double income yang memungkinkan kami untuk menabung dan membeli hal-hal seperti rumah, mobil, isi rumah, dll. 

Setelah saya menyelesaikan misi saya, Tuhan berikan apa yang kami gumuli selama 5 tahun ini. Wow! Kalau saya ingat, rasanya terharu dimana saya sudah menjadi pribadi yang jauh lebih berbeda dibanding saya 5 tahun lalu. Saya bersyukur nanti anak saya akan dibesarkan dengan pribadi yang jauh lebih baik ini. 

3. Tuhan ingin menggunakan kita untuk kemuliaan nama-Nya
Kalau saya tidak mengalami masa penantian yang begitu lama, mungkin teman-teman semua tidak akan pernah bisa baca blog saya. Saya tidak bisa bersaksi bagaimana Tuhan mengatur kehidupan saya dengan sempurna. Banyak perempuan mengalami hal yang sama dengan saya. Sungguh akan menjadi suatu sukacita apabila tulisan-tulisan saya ini bisa menjadi penguat dalam menanti janji Tuhan. Kalau Tuhan pencipta langit dan bumi sanggup menjawab doa saya, maka tidak ada alasan untuk Tuhan tidak menjawab doa teman-teman. Saya rindu pengalaman saya bisa menjadi berkat untuk kehidupan orang lain. Apabila ada teman-teman yang ingin saya bantu doa atau ingin berbagi kisah dalam penantian maka jangan sungkan untuk menghubungi saya di angga.rosemarie@gmail.com. Saya rindu bisa jadi berkat untuk teman-teman semua.

Next post saya akan share mengenai apa saya yang sudah saya lakukan untuk bisa hamil. :)

Friday, March 20, 2020

Iman Yang Sederhana

Satu kisah yang memberi kekuatan untuk saya adalah kisah perempuan pendarahan 12 tahun yang diceritakan di Alkitab. 


Markus 5:25-34
Adalah di situ seorang perempuan yang sudah dua belas tahun lamanya menderita pendarahan.Ia telah berulang-ulang diobati oleh berbagai tabib, sehingga telah dihabiskannya semua yang ada padanya, namun sama sekali tidak ada faedahnya malah sebaliknya keadaannya makin memburuk.  Dia sudah mendengar berita-berita tentang Yesus, maka di tengah-tengah orang banyak itu ia mendekati Yesus dari belakang dan menjamah jubah-Nya.  Sebab katanya: "Asal kujamah saja jubah-Nya  aku akan sembuh."  Seketika itu juga berhentilah pendarahannya dan ia merasa, bahwa badannya sudah sembuh dari penyakitnya.  Pada ketika itu juga Yesus mengetahui, bahwa ada tenaga  yang keluar dari diri-Nya, lalu Ia berpaling di tengah orang banyak dan bertanya: "Siapa yang menjamah jubah-Ku?" Murid-murid-Nya menjawab: "Engkau melihat bagaimana orang-orang ini berdesak-desakan dekat-Mu, dan Engkau bertanya: Siapa yang menjamah Aku?"  Lalu Ia memandang sekeliling-Nya untuk melihat siapa yang telah melakukan hal itu.  Perempuan itu, yang menjadi takut dan gemetar ketika mengetahui apa yang telah terjadi atas dirinya, tampil dan tersungkur di depan Yesus dan dengan tulus memberitahukan segala sesuatu kepada-Nya.  Maka kata-Nya kepada perempuan itu: "Hai anak-Ku, imanmu telah menyelamatkan engkau. Pergilah dengan selamat dan sembuhlah dari penyakitmu!"
Saat itu karena pendarahannya maka perempuan ini diasingkan dari komunitas karena dianggap najis. Najis dengan kata lain juga ia tidak boleh menyentuh orang lain atau disentuh orang lain. Selain tidak mendapatkan dukungan sosial, ia sudah menghabiskan banyak uang untuk kesembuhannya namun tetap saja tidak sembuh. Saya tidak bisa membayangkan dalam kesehariannya ia harus terus menerus melihat darah yang keluar dari tubuhnya tanpa tahu bagaimana menghentikannya. Mungkin rasanya juga lemas karena harus kehilangan banyak darah. Hal ini sudah berlangsung 12 tahun. Mungkin baginya sudah tidak ada pengharapan dan akan lebih baik mati saja. 

Saat Tuhan Yesus datang, ia tidak kenal Tuhan Yesus, hanya mendengar saja berita tentang Tuhan Yesus. Ia menguatkan diri di tengah kelemahan tubuhnya untuk mendekati Tuhan Yesus. Padahal situasinya waktu itu banyak sekali yang mengerumuni Tuhan Yesus, jadi ia mengeluarkan banyak sekali usaha. Apabila ketahuan mungkin ia juga bisa dihukum karena statusnya saat itu najis dimana ia tidak boleh menyentuh siapa pun. Ia hanya punya iman yang sederhana bahwa apabila ia menjamah jubah Tuhan Yesus saja ia akan sembuh. Padahal ia cuma dengar berita saja, belum terbuktikan dan sederhana sekali pikirannya : Asalkan kujamah saja jubah-Nya, aku akan sembuh. What? Luar biasa imannya ini. Tidak sekedar sederhana, ia juga berani mendekati kerumunan orang yang berpotensi membuat tubuhnya mungkin bisa tambah sakit dan mengeluarkan pendarahan lebih banyak. 

Keberaniannya dengan menyentuh jubah Tuhan Yesus ini menghasilkan kesembuhan. Ia akhirnya sembuh. Sakit penyakitnya yang sudah diderita selama 12 tahun, mendadak sembuh seketika. Imannya telah menyelamatkan dirinya! Lebih luar biasanya Alkitab menceritakan bahwa Tuhan Yesus saja awalnya tidak tahu siapa yang menjamah jubahnya. Ya pasti sebenarnya tahu, mungkin Tuhan Yesus kaget karena ada iman percaya yang sederhana namun tanpa persetujuan-Nya menghasilkan tenaga keluar dari dalam diri-Nya. Saya menjadi berpikir perlunya memiliki iman yang sederhana seperti perempuan itu. Melalui iman yang sederhana ini ia berhasil mengeluarkan tenaga Tuhan Yesus untuk menjamah dan menyembuhkan diri-Nya, bahkan tanpa sepengetahuan Tuhan Yesus. Hal ini menguatkan saya untuk terus percaya, bahkan saat mungkin Tuhan Yesus berpikir tidak akan mengaruniakan anak buat saya maka asal kujamah saja jubah-Nya maka pasti saya akan punya anak. Setiap berdoa saya seakan-akan menjerit, Tuhan kujamah jubah-Mu Tuhan. Dalam nama-Mu aku percaya bahwa aku akan memiliki anak. 

Wednesday, March 11, 2020

Women Of Faith

Tokoh-tokoh Alkitab ini sudah sangat terkenal sekali tentang bagaimana mereka menunggu keturunan. Saya banyak belajar dari bagaimana mereka bersikap.

1. Abraham dan Sara
Tuhan menjanjikan Abraham dan Sara akan menjadi Bapa bangsa yang besar saat Abraham berusia 75 tahun dan Sara berusia 66 tahun. Saya engga tahu jaman dulu tapi kalau sekarang usia 66 tahun tentu sudah menopause. Usia 66 tahun di Indonesia bahkan adalah saatnya menikmati usia pensiun dan menimang cucu. Setelah itu Abraham menunggu selama 25 tahun untuk janji Tuhan direalisasikan. 25 tahun! Lebih detailnya yaitu setelah Tuhan berjanji maka 15 tahun kemudian janji ini diteguhkan kembali oleh Tuhan dan Abraham baru mendapat jawaban doanya 10 tahun kemudian. Lamanyaa... Saya menunggu selama 5 tahun saja rasanya seperti lamaaa sekalii. Saya bayangkan Abraham mungkin berpikir : "Saya dulu salah denger ga ya?" atau "Apa saya melakukan kesalahan sampai Tuhan tidak jadi memenuhi janji-Nya?". Selain itu, nama Abraham artinya Bapa Segala Bangsa. Saya bayangkan kalau Abraham ketemu orang baru dan memperkenalkan namanya, mungkin orang berpikir anak cucunya banyak banget, tapi ternyata belum punya anak dan usianya sudah hampir 90 tahun! Apa Abraham engga malu kalau memperkenalkan diri? Tapi yang Abraham lakukan adalah ia tetap memelihara iman-Nya sampai akhirnya Tuhan mengaruniakan anak laki-laki. Satu ayat yang jadi penguat saya juga : 
Roma 8:18-21 
Sebab sekalipun tidak ada dasar untuk berharap, namun Abraham berharap juga dan percaya, bahwa ia akan menjadi bapa banyak bangsa,  menurut yang telah difirmankan: "Demikianlah banyaknya nanti keturunanmu. Imannya tidak menjadi lemah, walaupun ia mengetahui, bahwa tubuhnya sudah sangat lemah,  karena usianya telah kira-kira seratus  tahun, dan bahwa rahim Sara telah tertutup. Tetapi terhadap janji Allah ia tidak bimbang karena ketidakpercayaan, malah ia diperkuat dalam imannya dan ia memuliakan Allah,  dengan penuh keyakinan, bahwa Allah berkuasa untuk melaksanakan apa yang telah Ia janjikan. Karena itu hal ini diperhitungkan kepadanya sebagai kebenaran.
Ayat ini jadi penguat buat saya untuk belajar seperti Abraham untuk tidak bimbang karena ketidakpercayaan yang seringkali muncul. Saya harus belajar memperkuat mata iman saya untuk melihat apa yang belum kelihatan dengan terus bersandar pada Tuhan sampai Ia melaksanakan apa yang telah ia janjikan. 

Saya juga belajar untuk tidak seperti Sara yang membuat keputusan menikahkan Abraham dengan Hagar. Ia berpikir cara ini bisa membuat janji Tuhan terlaksana padahal hal ini bukan yang Tuhan inginkan. Akhirnya Sara hidup dalam kedengkian pada Hagar dan malah berbuat dosa dengan mengusir Hagar dan Ismail. Disini saya belajar dalam mengambil keputusan maka selalu bertanya pada Tuhan dulu. Masa penantian yang lama bukan menjadi alasan untuk bisa berbuat dosa atau hal yang tidak berkenan di hadapan Tuhan. Saya berpikir dulu bagaimana cara mendengar suara Tuhan. Lambat laun saya akhirnya bisa tahu bagaimana Tuhan membimbing saya dalam pengambilan keputusan. Saya akan bahas kapan-kapan di post lain. 

2. Ishak dan Ribka

Saya cukup terkejut dimana Abraham yang dijanjikan Tuhan menjadi Bapa bangsa yang besar bahkan keturunannya akan sebanyak bintang-bintang di langit, ternyata selain lama menunggu untuk seorang anak, ia juga harus lama menunggu cucu.  Ishak menikah dengan Ribka di usia 40 tahun dan akhirnya baru dikaruniai anak setelah Ishak berusia 60 tahun. Berarti ada waktu menunggu selama 20 tahun!


Kejadian 25 : 20-21 
Dan Ishak berumur empat puluh tahun, ketika Ribka, anak Betuel,  orang Aram dari Padan-Aram, saudara perempuan Laban  orang Aram itu, diambilnya menjadi isterinya. Berdoalah Ishak kepada TUHAN untuk isterinya, sebab isterinya itu mandul; TUHAN mengabulkan doanya, sehingga Ribka, isterinya itu, mengandung.
Apakah Tuhan lupa pada janji-Nya? Pasti tidak! Ishak sebagai kepala keluarga berdoa untuk isterinya. Penting untuk seorang suami juga berdoa untuk berseru pada Tuhan memintakan keturunan, bukan hanya istri saja yang berdoa.

3. Yakub dan Rahel
Yakub, cucu Abraham ini pun menunggu lama untuk memiliki keturunan dari Rahel, Ia memang memiliki banyak anak dari Lea, tapi ia lama menunggu anak dari wanita yang ia cintai, Rahel.


Kejadian 29-31  
Ketika TUHAN melihat, bahwa Lea tidak dicintai ,  dibuka-Nyalah kandungannya,  tetapi Rahel mandul. 
Kejadian 30 : 22 
Lalu ingatlah Allah akan Rahel; Allah mendengarkan permohonannya serta membuka kandungannya. Maka mengandunglah Rahel dan melahirkan seorang anak laki-laki.
Tidak dijelaskan berapa lama Rahel menunggu. Lea lebih dahulu 7 tahun menikah dengan Yusuf dan Lea sudah melahirkan anak keenam saat Rahel hamil pertama kalinya. Jadi seharusnya Rahel juga menunggu selama bertahun-tahun sampai pada akhirnya Tuhan mengingat Rahel dan mendengarkan permohonannya sehingga Rahel mengandung dan melahirkan. Anak yang dilahirkan Rahel pun tidak main-main. Yusuf kemudian dipakai Tuhan untuk memelihara hidup Bangsa Israel supaya tidak kelaparan.

4. Ibu dari Simson
Seorang hakim atau pemimpin terkenal Bangsa Israel  juga memiliki ibu yang sulit memiliki anak. Sampai Tuhan akhirnya membukakan kandungannya dan melahirkan Simson yang menjadi abdi Tuhan. 


Hakim-Hakim 13:2
Pada waktu itu ada seorang dari Zora,  dari keturunan orang Dan,  namanya Manoah; isterinya mandul, tidak beranak. Dan Malaikat TUHAN  menampakkan diri kepada perempuan itu dan berfirman kepadanya, demikian: "Memang engkau mandul, tidak beranak, tetapi engkau akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki. 

Sebelum hamil, malaikat Tuhan menyuruh ibu Simson ini untuk tidak makan sesuatu apapun yang berasal dari pohon anggur, minuman yang memabukkan , dan sesuatu yang haram. Ia harus setia berpegang teguh terhadap yang diperintahkan. Alkitab tidak banyak menceritakan ibunya Simson namun akhirnya Simson lahir dan diberikati Tuhan. Saya tangkap disini ada ketaatan yang dilakukan oleh Ibu Simson terhadap perkataan malaikat di masa penantian. Ia pun tidak bertanya alasan apa yang membuat dia tidak boleh melakukan hal yang dilarang. Ibu Simson hanya taat sampai akhirnya ia mengandung.

5. Elkana dan Hana
Elkana memiliki 2 istri yaitu Penina dan Hana. Penina memliki anak laki-laki dan perempuan sementara kandungan Hana ditutup oleh Tuhan. Di masa ia menanti, Penina membuat Hana merasakan sakit hati supaya Hana gusar sehingga Hana menangis dan tidak mau makan. Kemudian suatu hari Hana bernazar pada Tuhan bahwa apabila ia diberikan anak laki-laki maka ia akan mempersembahkan anaknya sebagai pelayan Tuhan. Tuhan pun mengabulkan doanya dan akhirnya membuka kandungan Hana. Hana melahirkan Samuel, pelayan Tuhan yang dipakai Tuhan untuk mengurapi 2 raja Israel yang terkenal. 

Saya bayangkan kalau jadi Hana ya cukup nyesek. Sudah jadi istri kedua, ia pun harus menerima penghinaan dari istri pertama. Setelah akhirnya ia punya anak yang diidam-idamkan lama, maka ia juga harus berpisah dengan anaknya untuk dibesarkan Imam Eli. Tidak mudah untuk melakukan hal ini. Anak yang diidam-idamkan lama pasti dipenuhi banyak pengharapan dari ibunya. Rasa senang pun luar biasa, namun akhirnya harus berpisah. Ya kalau untuk kasus Hana memang harus dilakukan karena ia sudah bernazar pada Tuhan. Walaupun begitu, Tuhan pun mengaruniakan 3 anak laki-laki dan 2 anak perempuan sebagai pengganti Samuel. Wow! Sekian lama menunggu, akhirnya kalau Tuhan berkehendak maka tidak hanya 1 yang diberikan, tapi 6 anak!

Kembali lagi, dari hidup Hana kita bisa belajar untuk bernazar. Mungkin ini bisa jadi opsi. Untuk saya sendiri, saya tidak berani karena kalau bernazar maka benar-benar harus ditepati. Jangan sampai tidak ditepati karena akan membuat Tuhan murka. Jadi perlu dipikirkan baik-baik apa yang menjadi nazar dan membuat komitmen tidak hanya sendiri tapi beserta suami untuk melakukan apa yang akan dinazarkan pada Tuhan.

6. Elisabet, Ibu Yohanes Pembaptis
Lukas 1:5 
Pada zaman Herodes, raja Yudea,  adalah seorang imam yang bernama Zakharia dari rombongan Abia.  Isterinya juga berasal dari keturunan Harun, namanya Elisabet. Keduanya adalah benar di hadapan Allah  dan hidup menurut segala perintah dan ketetapan Tuhan dengan tidak bercacat.  Tetapi mereka tidak mempunyai anak, sebab Elisabet mandul dan keduanya telah lanjut umurnya.

Seperti tertulis di Alkitab, Elisabet dan suaminya hidup benar di hadapan Tuhan dan tidak bercacat, namun Elisabet mandul dan usianya sudah tua. Dari sini kita bisa lihat kalau belum dikaruniai anak itu bukan berarti kita ada salah atau dosa di masa lalu. Tidak perlu berpikir ke belakang apa dosa yang sudah diperbuat sehingga rasanya Tuhan menghukum kita. Tuhan sungguh sangat mengasihi kita sehingga semua pelanggaran kita akan Dia ampuni.

Suatu saat malaikat Tuhan datang pada Zakharia dan memberitahukan bahwa Elisabet akan mengandung. Saya pikir sebagai manusia biasa pasti ia tidak percaya karena Elisabet sudah lanjut umurnya dan harusnya sudah menopause. Bagaimana dia bisa percaya? Ketidakpercayaannya ini kemudian mendatangkan hukuman. Zakharia menjadi bisu sampai anaknya tiba waktu untuk disunat.


Lukas 1: 62-66
Lalu mereka memberi isyarat kepada bapanya untuk bertanya nama apa yang hendak diberikannya kepada anaknya itu. Ia meminta batu tulis, lalu menuliskan kata-kata ini: "Namanya adalah Yohanes. " Dan merekapun heran semuanya. Dan seketika itu juga terbukalah mulutnya dan terlepaslah lidahnya, lalu ia berkata-kata  dan memuji Allah. Maka ketakutanlah semua orang yang tinggal di sekitarnya, dan segala peristiwa itu menjadi buah tutur di seluruh pegunungan Yudea. Dan semua orang, yang mendengarnya, merenungkannya dan berkata: "Menjadi apakah anak ini nanti?" Sebab tangan Tuhan menyertai dia. 
Setelah menunggu sekitar 9 bulan akhirnya Zakharia bisa berbicara kembali. Yohanes, anaknya bahkan menjadi buah bibir. Sedari ia bayi, orang-orang sudah bertanya-tanya akan menjadi apakah anak ini nanti sebab tangan Tuhan menyertai dia.



Saya percaya ada alasan kenapa kita menunggu lama untuk akhirnya memiliki keturunan dan setiap orang pasti memiliki alasan yang berbeda. Untuk saya, akan saya bahas di post lain. Berita baik dari semua tokoh Alkitab yang menunggu lama untuk punya anak ini adalah : semua akhirnya punya anak! Tidak ada yang Tuhan biarkan mandul seumur hidup. Betapa hal ini menjadi suatu pengharapan buat saya! Selain itu juga, semua anak yang dilahirkan ini pun menjadi orang-orang hebat dan menjadi tokoh terkenal di Alkitab. Siapa yang tidak tahu Ishak, Esau, Yakub, Yusuf, Simson, dan Yohanes Pembaptis. Melalui kisah kelahiran mereka ini, saya memiliki iman bahwa anak yang nanti saya lahirkan pasti bukan menjadi orang yang biasa-biasa saja. Orang tuanya sudah mendoakan  setiap hari bahkan menangisi kehadirannya. Tidak hanya kami, saya yakin opa oma-nya pun setiap hari memohon pada Tuhan. Harapan kami pun besar pada anak kami. Sedari di ruang penantian saya tidak hanya memohonkan keturunan saja, tapi saya memohonkan supaya kami sebagai orang tuanya kelak bisa menjadi orang tua yang mampu mendidik anak kami dengan hikmat dari Tuhan sehingga anak kami kelak boleh dipakai Tuhan secara luar biasa dan menjadi berkat bagi banyak orang.

Demikian Alkitab menceritakan 6 perempuan yang lama menanti anak. Seperti sebelumnya saya sampaikan, pasti ada alasan kenapa sampai Tuhan kasih 6 kisah hidup yang dituliskan di Alkitab. Kita hidup di jaman modern dengan tingkat kesibukan dan stress yang tinggi. Tidak hanya itu gaya hidup pun sudah banyak berubah, Saya baca hal ini membuat tingkat kesuburan berkurang. Untuk orang-orang yang hidup di kota besar pasti tahu rasanya. Saya dengar RSIA Bunda, salah satu RS ngetop di Jakarta yang memiliki spesialisasi bayi tabung itu pasiennya banyak sekali. Kalau akan berobat kesana maka harus sabar karena saking banyaknya pasien. Belum rumah sakit yang lain. Jadi saya pikir Tuhan sudah tahu akan masalah infertilitas ini sehingga ia memberi kekuatan melalui 6 kisah nyata 6 wanita yang menanti lama untuk anak. Apabila ada pembaca yang mendapat berkat lain dari kisah hidup 6 wanita ini, please let me know. :)








Monday, March 9, 2020

Standing On The Promises Of The Lord

Di saat menunggu, saya harap Tuhan datang menemui saya lewat mimpi atau langsung ke kamar saya bilang "Angga pasti nanti kamu punya anak" atau "Angga percayalah nanti sekian tahun lagi kamu pasti punya anak". Setidaknya hal itu akan memudahkan saya untuk berada di ruang penantian. Tidak nyaman rasanya berada dalam ketidakjelasan. Apakah nanti saya akan punya anak? Atau jangan-jangan saya selamanya tidak punya anak? Pertanyaan-pertanyaan ini beberapa kali datang di pikiran saya. 

Setelah beberapa tahun bergumul, saya sampai pada satu pemahaman bahwa janji Tuhan semua sudah ada tertulis di Alkitab. Tidak ada gunanya saya menunggu Tuhan datang langsung ke hadapan saya. Janji Tuhan yang menguatkan saya untuk terus memiliki pengharapan dan iman yang teguh dalam menjalani hari-hari saya :


1. Kejadian 1:27-28
Maka Allah menciptakan  manusia  itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah  diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan  diciptakan-Nya mereka. Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka:  "Beranakcuculah dan bertambah   banyak  ; penuhilah bumi  dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas   ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi
Bagi saya sejak awal penciptaan Tuhan sudah mendesain manusia untuk bisa beranak cucu dan bertambah banyak. Kalau sekian ribu tahun lalu desainnya adalah seperti itu maka desainnya pun tidak akan berubah sampai sekarang. 

2. Keluaran 23:25-26
Tetapi kamu harus beribadah kepada TUHAN, Allahmu;   maka Ia akan memberkati  roti makananmu dan air minumanmu dan Aku akan menjauhkan penyakit  dari tengah-tengahmu. Tidak akan ada di negerimu perempuan yang keguguran atau mandul.

Selama kita setia beribadah pada Tuhan maka Tuhan akan memberkati buah kandungan dan tidak akan ada keguguran atau kemandulan.

3. Ulangan 7:12-13 (Versi BIMK)
Kalau kamu perhatikan perintah-perintah itu, dan melakukannya dengan setia, maka Tuhan Allahmu pun akan setia kepada perjanjian yang dibuat-Nya dengan kamu. Ia akan menunjukkan kasih-Nya yang tetap kepada kamu, seperti yang dijanjikan-Nya kepada leluhurmu. Ia akan mengasihi dan memberkati kamu, sehingga anakmu banyak dan jumlahmu bertambah-tambah. Ia akan memberkati ladang-ladangmu, sehingga menghasilkan gandum, anggur dan minyak zaitun. Ia akan memberkati kamu sehingga banyak sapi dan kambing dombamu. Semua berkat itu akan kamu terima di negeri yang diberikan Tuhan kepadamu, sesuai dengan janji-Nya kepada nenek moyangmu
Apabila kita setia melakukan perintah Tuhan, maka janji-Nya ia akan mengasihi dan memberkati kita sehingga anak kita banyak. Berarti tidak ada kemandulan. Amin!

4.  Galatia 3:29
Dan jikalau kamu adalah milik Kristus, maka kamu juga adalah keturunan  Abraham dan berhak menerima janji Allah.
Janji Allah pada Abraham adalah Abraham akan menjadi bapa segala bangsa bahkan keturunannya akan sebanyak bintang di angkasa. Janji ini berlaku juga untuk kita karena kita adalah milik Allah. Jadi Allah sendiri yang berjanji pada kita bahwa kita pasti punya keturunan. 

5. Matius 7:7-11
Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimuKarena setiap orang yang meminta, menerima dan setiap orang yang mencari, mendapat dan setiap orang yang mengetok, baginya pintu dibukakan. Adakah seorang dari padamu yang memberi batu kepada anaknya, jika ia meminta roti, atau memberi ular, jika ia meminta ikan? Jadi jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di sorga! Ia akan memberikan yang baik kepada mereka yang meminta kepada-Nya.
Janji Tuhan disini yaitu kita tinggal minta, cari, dan mengetok hati Tuhan. Doakan setiap hari kerinduan-Mu maka Ia akan memberikan yang baik kepada mereka yang meminta kepada-Nya dengan sepenuh hati.

6. Filipi 4:13
Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku.

Ada kalanya saat kita sudah minta, cari, dan mengetok hati Tuhan namunada masa penantian. Tuhan tidak pernah berjanji apa yang kita minta akan langsung diberikan. Saat masa penantian ada saja hal-hal yang melemahkan seperti hasil diagnosa dokter, teman yang lebih muda sudah hamil lebih dulu, atau mungkin pertanyaan orang-orang di sekitar tentang kapan kita akan hamil. Saat hal-hal itu terjadi, kembalilah datang kepada Tuhan. Curahkan segala perasaanmu karena telinga-Nya tidak pernah kurang panjang untuk mendengar. Mintakan kekuatan dari Tuhan karena hanya kekuatan-Nya yang memampukan kita untuk terus bertahan dalam iman pengharapan. 



Janji-janji itu yang saya pegang dan membuat saya terus berpengharapan dalam penantian menunggu hari dimana saya hamil dan punya anak. Ada juga saat dimana saya lemah kembali, berulang-ulang malah. Setiap hari saya melatih diri untuk memiliki saat teduh untuk membaca Firman Tuhan dan berdoa. Saya belajar dari tokoh-tokoh Alkitab seperti Abraham dan Sara, Ishak dan Ribka, Elkana dan Hana, dll. Pasti ada alasan kenapa Alkitab menceritakan beberapa wanita yang harus menanti lama untuk memiliki keturunan. Selain itu, saya juga banyak mendengarkan lagu-lagu rohani untuk memperkuat saya. Lagu-lagu ini biasanya yang saya dengarkan untuk memperkuat pengharapan saya.

  1. Smokie Norful - I Understand
  2. Maria Shandy - Dia Tahu
  3. NDC - Waktu Tuhan
  4. NDC - Mujizat Dalam Bersyukur
  5. Veren - Percaya 
  6. Citra Scholastika - Aku Lebih Perlu
  7. Edward Chen - Hatiku Percaya
Next post saya akan bahas tentang perspektif saya pada tokoh-tokoh Alkitab yang memperkuat iman saya dalam penantian. :)

Tuesday, March 3, 2020

Menunggu Kehamilan

Sudah 5 tahun saya dan suami menikah namun belum juga dikaruniakan anak. Sejak awal kami tidak pernah ingin menunda memiliki anak. Tidak pernah terbersit dalam pikiran saya sebelum menikah bahwa setelah saya menikah akan susah punya keturunan. Apalagi riwayat keluarga kami berdua sepertinya subur. Suami saya 4 bersaudara dan saya 3 bersaudara. Saya sendiri pun selalu lancar menstruasi, tepat waktu, dan tidak pernah merasakan sakit perut yang berlebihan setiap bulannya.     

Sering kali saya kecewa apabila mendapatkan menstruasi, berarti saya gagal hamil kembali. Apalagi kalau saya sudah telat beberapa hari dan dalam hati sudah ngarep. Eh kembali saya kecewa lagi. Awal-awal pernikahan kami, saya menangis setelah dapat menstruasi karena saking inginnya punya anak. Pernah saya telat sampai 8 hari dan sudah sangat berharap sampai akhirnya kami beli test pack. Kemudian saat dicek ternyata garis 2 yang diharapkan tidak muncul. Setelah itu besoknya saya mendapat menstruasi dan rasa sedih pun datang kembali.

Rasanya juga sedih saat mendengar kabar bahwa teman kami sudah hamil padahal kami duluan yang menikah. Bahkan akhirnya ada juga yang sudah hamil anak yang kedua. Hal ini kami alami berulang-ulang.

Ada kalanya saat kecewa saya pun merasa marah pada Tuhan. Saya merasa seakan-akan Tuhan tidak mendengarkan doa saya. Masih segar dalam ingatan saya dimana saya hadir di Kebaktian Perayaan Natal kantor dan saya terima WA dari mertua saya : "Angga jangan sedih ya, cici hamil lagi". Ya, kakak ipar saya yang setau saya tidak ingin menambah anak malah hamil, sementara saya yang ingin sekali hamil tetap belum hamil. Di tengah kebaktian saya menangis sampai bos saya pun kaget dan berusaha menenangkan saya. Pulang ke rumah pun masih menangis. 

Saya pun bertanya-tanya pada Tuhan apa kesalahan yang sudah kami buat sampai doa kami tidak kunjung dijawab juga. Apa Tuhan sedang menghukum kami? Apa kesalahan yang kami buat? Saya pun mulai mengingat-ingat apa yang sudah saya lakukan. Separuh hidup saya habiskan untuk melayani Tuhan. Sejak SMP saya sudah main musik di kebaktian untuk melayani Tuhan. Bahkan setiap minggu saya bisa pelayanan di 2 kebaktian umum dan sekolah minggu. Itu pun dimana saat besoknya saya ujian sekolah dan ujian nasional. Saya lebih mengutamakan pelayanan dibandingkan dengan ambisi saya dalam berprestasi. Saat kuliah rumah kedua saya adalah gereja. Saya aktif di persekutuan doa, pelayanan musik, pelayanan pendalaman Alkitab, dll. Selain itu saya juga sudah rutin mengembalikan persepuluhan sejak saya SMP dan memberikan persembahan. Kenapa Tuhan tega sekali melakukan hal ini pada saya? Apa yang kurang saya lakukan untuk Tuhan? Beberapa kali hal ini saya keluhkan pada Tuhan dan rasanya pun seperti tidak ada jawaban. 

Di tengah keadaan tersebut, perlahan saya belajar ada hal-hal yang bisa disyukuri. Tidak mudah menyadarinya tapi Tuhan membuka mata saya sedikit demi sedikit. Saya bersyukur punya orang tua, mertua, dan keluarga yang tidak pernah bertanya : "kapan punya anak?", "udah hamil belum?". Yes, budaya orang Indonesia yang kadang kepo tanya kapan punya pacar, kapan nikah, kapan punya anak, kapan punya anak kedua, dst. Hal sederhana tapi sangat membantu kami untuk tidak stress dikejar punya anak. Walaupun saya tahu orang tua saya ingin segera punya cucu pertama tapi mereka tidak pernah memberi tekanan sedikit pun pada kami. Selain itu, tinggal di Jakarta membuat orang-orang juga tidak kepo. Teman kantor saya, teman kantor suami, dan tetangga pun tidak pernah memberikan pertanyaan konyol seperti itu. Jadi kami sungguh bersyukur punya lingkungan yang mendukung seperti itu. 

Hal selanjutnya yang disadari beberapa tahun kemudian yaitu Tuhan kasih kami berdua kesempatan untuk bekerja menguatkan kondisi finansial. Kalau dulu sehabis menikah kemudian saya langsung hamil, saya engga kebayang cara menyesuaikan dengan kondisi ekonomi kami dimana saat itu kami belum punya rumah, isi rumah, mobil, tabungan, dll. Kami berdua bekerja keras dan Tuhan berkati kami sedemikian rupa sehingga setidaknya sekarang kami cukup siap secara finansial untuk punya anak. Saya rasa tidak ada orang tua yang tidak menginginkan yang terbaik untuk anaknya dari nutrisi saat hamil, obygn, rumah sakit untuk bersalin, perlengkapan bayi, dll. 

Hal terakhir yaitu Tuhan membentuk karakter kami berdua, Saya terbiasa menjadi orang yang keras, target-oriented, dan tidak sabar. Sementara itu suami saya tipikal orang yang santai, tidak ada target, dan semua serba mengalir. Tahun pertama pernikahan kami diwarnai dengan beberapa kali pertengkaran. Setelah sedikit demi sedikit Tuhan mengubah karakter kami sehingga hubungan kami jauh lebih baik. Sekarang rasanya kami bertengkar hanya 1 kali setahun dan rasanya tidak lebih dari 2 hari. Sejujurnya saya sudah tidak ingat kapan terakhir kali kami bertengkar karena jarang sekali. Saya menjadi pribadi yang lebih sabar dan pengertian, sementara suami saya menjadi pribadi pekerja keras dan bertanggung jawab pada keluarga. Kalau dulu kami langsung dikaruniakan anak maka kasian juga anak kami harus menyaksikan beberapa pertengkaran yang sebenarnya sepele. Atau setelah cape bekerja dan mengurus anak maka masih ada adegan bertengkar, ya lelah juga. 

Oh ya, baru keingat ini hal yang terakhir banget. Lima tahun menunggu anak membuat kami juga punya waktu untuk pacaran, secara saat pacaran selama 3,5 tahun selalu LDR. Sepertinya hal yang sederhana juga, tapi saya bersyukur dimana Tuhan kasih kami kesempatan untuk berdua nonton bioskop, jalan-jalan ke mall, ngafe, travelling ke luar kota dan luar negeri. Atau sebagai perempuan, saya suka sekali sama baju, tas, sepatu, dan kosmetik. Sepertinya baju, tas, sepatu, dan kosmetik yang saya miliki tidak pernah cukup sampai lemari sudah kepenuhan. Mumpung belum punya anak dan ada uang lebih maka saya bisa beli barang-barang yang saya mau dan bisa foto-foto di cafe instagramable dimana perut saya pun masih langsing. Kalau sudah punya anak ya saya enggak tau masih bisa langsing atau enggak atau punya kesempatan enggak untuk ngopi cantik di cafe. Hehehe...

Tidak mudah menanti jawaban Tuhan dan terus bersandar pada pengharapan akan janji-Nya. Rasanya selalu tidak menyenangkan berada dalam ruang tunggu. Walaupun begitu, selalu ada hal-hal yang bisa disyukuri. Dengan bersyukur maka saya rasa  akan membantu kita untuk melihat kebaikan Tuhan dan terus berjalan maju dalam pengharapan untuk menggenapi kehendak-Nya. Satu yang saya imani, semua hal dapat Tuhan lakukan kecuali satu, Tuhan Yesus tidak pernah bisa mengingkari janji-Nya terhadap saya. Saat berdoa saya terus menagih janji-Nya kepada saya. 

Apa janji Tuhan pada saya? Saya akan bahas di next post saja ya. See you! :)